Buku Rekomendasi Redaksi Aksaraku yang Pas Dibaca Saat Karantina Mandiri

Komunitas Aksaraku
3 min readJan 24, 2022

--

Oleh : Dyar Ayu Budi Kusuma

Sumber Gambar : aksaraku/bagaswt

Beberapa saat ini, karena adanya virus corona pemerintah memberlakukan social distancing yang membuat kita mau tidak mau harus bertahan di rumah dalam jangka waktu yang tidak sebentar. Berdiam di rumah atau yang juga bisa disebut sebagai karantina mandiri adalah salah satu usaha supaya penularan virus corona tidak semakin meluas.

Banyak yang menyambut kebijakan ini dengan senang, tapi tidak sedikit yang sedih karena harus berdiam di rumah yang menurut mereka membosankan. Namun, ada satu kegiatan yang bisa membuat kamu tetap ‘jalan-jalan’ tanpa harus keluar rumah. Apa ya? Apalagi kalau bukan membaca! Walau hanya diam di tempat, membaca bisa mengajak pikiranmu berkelana ke dunia yang tidak terbatas.

Nah, untuk kamu yang sedang bingung cari rekomendasi bacaan yang asik untuk dibaca, berikut 6 buku yang disarankan oleh teman-teman Aksarakudotcom. Siapa tahu, buku-buku di bawah ini cocok dengan selera bacamu!

Rekomendasi dari Lajeng Padmaratri

Tidak Ada New York Hari Ini adalah buku pertama yang Lajeng berikan sebagai rekomendasi. Katanya, buku ini cukup menyenangkan dan ringan untuk dijadikan teman saat karantina mandiri. Selain karena puisi Aan Mansyur yang bisa menaikkan level ke-uwu-an, dalam buku ini juga terselip foto-foto estetik yang indah. Paket lengkap deh!

Lajeng kemudian merekomendasikan satu buku lain yang berjudul Tentang Bagaimana Media Kecil Lahir, Tumbuh, dan Mencoba Bertahan terbitan Mojok. Katanya, buku ini akan membuat kepincut, jika kamu suka buku yang ndagel tapi tetap memberikan isi yang berbobot.

“Buku ini kan ditulis oleh kru di balik Mojok, bikin baper. Mereka sesayang itu sama Mojok dan sayang satu sama lainnya.”

Rekomendasi dari Bayu Arga

Berikutnya datang dari Bayu yang punya dua buku kesukaan dan ingin direkomendasikan kepada kamu. Yang pertama adalah buku dengan judul Sebuah Seni Untuk Bersikap Bodo Amat. Buku ini merupakan terjemahan dari The Subtle Art of Not Giving A F-ck yang ditulis oleh seorang narablog, Mark Manson. Dilihat dari judulnya saja, buku ini sudah nyeleneh, tapi dibaliknya memberikan berbagai pelajaran berharga dalam hidup, termasuk menjadi bodo amat terhadap segala sesuatu yang memang patutnya diabaikan. Sederhana, tapui tidak sedikit orang yang bisa lakukan.

Ah, namanya juga Bayu, tidak lengkap kalau hanya merekomendasikan satu buku saja. Selanjutnya, Bayu menawarkan sebuah buku berjudul Bisma Dewabrata yang ditulis oleh B.B Triatmoko, S.J. Saat ditanya mengapa merekomendasikan buku ini, Bayu bilang bahwa cerita menarik dan menjadi salah satu kesukaannya

“Aku suka ceritanya. Perjuangan Werkudoro itu patut dicontoh khususnya oleh kaum laki-laki karena pada dirinya ada jiwa maskulinitas, termasuk urusan tekat, niat, semangat dan omongannya yang selalu bisa dipegang”.

Rekomendasi dari Dyar Ayu

Saya sebagai penulis ogah ketinggalan dong merekomendasikan buku kesukaan yang asik dibaca saat lakukan karantina mandiri di rumah. Buku pertama yang kamu bisa perhitungkan adalah karya Kalis Mardiasih dengan judul Muslimah yang Diperdebatkan. Kenapa menarik? Karena buku ini membuka mata saya bahwa menjadi perempuan memang tidak sederhana. Selalu ada kekang dan syarat sehingga membatasi ruang geraknya. Buku Kalis Mardiasih ini sederhana bahkan bisa membuat kamu ngakak karena diselipi bumbu humor yang konyol.

Satu lagi, terutama untuk kamu yang suka baca novel, saya ingin merekomendasikan karya Windry Ramadhina yang berjudul Interlude. Bercerita tentang gadis bernama Hana yang mengalami trauma akibat kekerasa seksual oleh mantan kekasihnya. Hana kemudian mencoba bangkit dan menata kembali kehidupannya. Sampai akhirnya, Hana bertemu dengan Kai, seorang pemuda yang hobi main band tapi tidak pernah menyeriusi segala hal yang ada di hidupnya. Lalu… kamu mending baca bukunya sendiri deh!

“Meski novel, Interlude tidak sekadar cerita romantis. Namun mengajarkan untuk menjadi pulih, menjadi baik-baik saja, itu butuh proses yang tidak sebentar. Hana dan Kai, terimakasih.”

--

--

Komunitas Aksaraku
Komunitas Aksaraku

Written by Komunitas Aksaraku

Berkarya adalah hak setiap warga negara

No responses yet