Gunung Ijo, Lanskap Hijau yang Memukau
Oleh : Lumbung Sembayu
Hari itu, Gus Wo dan keluarga njagong manten (kondangan) di suatu tempat yang belum pernah dikunjunginya. Hargotirto, Kecamatan Kokap, Kulon Progo menjadi destinasinya. Di benaknya sudah terbayang medan yang sangat ekstrem dan butuh sedikit perjuangan untuk muter muter. Ketelitian pun patut dipaksa kali ini. GPS pun ia andalkan, bukan Global Positioning System, tapi Gunakan Penduduk Setempat. Sebab kendala sinyal yang byar pet, kadang penuh kadang menghilang, layaknya dinamika asmara anak muda akan saja.
Kamis yang manis menjadi pilihan hari dimana Gus Wo dan istrinya nyunah nyenen kemis. Meski sedang nyunah, hal itu tak menjadikan niatnya luntur tatkala memenuhi undangan. Yaa, walau buta jalan sih.
Mendengar nama tempatnya saja baru sekali, itupun lantaran undangan itu ia pergi ke Kokap untuk pertama kalinya. Ia datang di acara resepsi itu pukul 4 sore. Seperti biasa, hanya datang, nyemplungke (memasukkan) amplop, duduk sebentar kemudian pulang.
Namun ditengah perjalanan pulang, saat menapaki tanjakan nan curam mobil Gus Wo macet sebab kepanasan. Maklumlah mobil BMW seri 7 keluaran tahun 2000. Kadang bermulut manis kadang rewel seperti itu. Lambat laun matahari mulai redup. Gus Wo melirik jam tangannya. Ah 5.20. Hampir adzan. Untungnya, penjual makanan ada di tempat yang sekelilingnya tebing tinggi dan jurang yang curam. Ala kadarnya memang, bukan makanan tradisional, makanan khas ataupun lainnya. tapi tak apalah, yang penting ngganjel weteng.
Sembari Gus Wo memarkirkan mobilnya dipinggir jalan menunggu mesin memadam, Yu Wi, istri Gus Wo segera menuju penjual makanan untuk membeli segelas airKu, air yang kata orang-orang air mineral kemasan aseli produk Kulon progo. Tiga potong tahu susur untuk sekedar membatalkan puasa nyenen kamis nya pun menjadi santapan darurat kali ini. Tak lupa dua roti lapis untuk Astuti, putri Gus Wo yang suka makan makanan manis.
“Monggo kalau mau menikmati srengenge medun (matahari tenggelam) naik saja bu.” Sambang penjual kepada Yu Wi.
“Oh, punten naik bagaimana Bu?” Tanya Yu Wi
“Lha itu seberang yang tebing tinggi samping jenengan gunung Bu, namanya Gunung Ijo. Pas senja kayak ini nanti banyak yang beli cemilan disini. Kebanyakan nanti pada nyoba naik untuk sekedar nyore diatas. Pemandangannya bagus Bu.” celetuk penjual kepada Yu Wi.
Kebetulan banget ini mobil macetnya di tempat wisata, batin Gus Wo. Segera Yu Wi, mengajak Gus Wo dan Astuti naik, itung-itung quality time bareng keluarga. Jarang sekali ya kan menyenja di tempat wisata.
Ternyata benar. Pemandangan dengan nuansa “ijo” nan asri, persis seperti namanya. Gunung Ijo.
Melihat matahari menguning redup lalu tenggelam dilahap khatulistiwa di sana, memang sangat mempesona. Terlebih saat waktu berbuka bersama keluarga, walaupun hanya ditemani makanan dan cemilan seadanya.
Gunung yang terletak di Kecamatan Kokap, tepatnya di perbatasan Kulon Progo dan Purworejo ini memang berbeda dari gunug kebanyakan. Merapi, Merbabu, Sindoro, hingga Sumbing pun bisa dinikmati dari atas sini tak lupa pantai selatan. Views yang jarang sekali ditemui di perkotaan, tempat Gus Wo mengais rezeki. Suasana senja nan elok yang terlukis dari gubugnya mampu menentramkan jiwa.
“Memang cuma gunung yang gak bikin sakit hati” Celetup Yu Wi tiba-tiba
Petang semakin menantang. Segera Gus Wo dan keluarga turun dan kembali men-starter mobil yang mesinnya sudah mereda. Tak lupa ia sapa penjual gorengan yang menjadi tour-guide nya kali ini. Keren sekali, penunjuk arah dalam sore yang mewah.
Berikut selayang pandang Gunung Ijo dalam timelapse pendek.
Original Link Info :
https://www.aksaraku.com/gunung-ijo-lanskap-hijau-yang-memukau
#aksaraku.com #jelajahwisataku